Senin, 26 November 2012

Bagaimana Menjadi Manajer yang Lebih Baik

Kebutuhan untuk Meningkatkan Managerial Skills sudah merupakan makanan pokok bagi Anda seorang Manajer atau bahkan hanya seorang Supersivor atau Team Leader.  Kebutuhan untuk menjadi Manajer yang Baik tidak akan berlalu begitu saja.  Hal ini harus diintensifkan atau dilakukan secara reguler.  Kehidupan organisasi yang datar-datar saja akan membawa tim menjadi “BIASA”.  Namun dengan adanya Jaringan Informasi yang makin gencar akan memberikan kebutuhan bagi orang lebih banyak dan lebih cepat.  Orang yang bisa mengelola diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan dengan tingkat stress tinggi akan mengalami peningkatan.
Anda tentu percaya bahwa setiap orang dapat menjadi Manajer yang Baik.  Ini adalah ketrampilan yang bisa dilatih dan akan menjadi kemampuan yang melekat pada diri Anda.  Berikut beberapa hal yang membuat Anda menjadi Manajer yang Lebih Baik.
Sebagai Individu (as a person):
1. Anda harus memiliki Percaya Diri (Confidence) dan Ketrampilan (Skills). Anda mencintai diri sendiri, tetapi Anda masih mau belajar dan menjadi lebih baik.
2. Anda perlu berlaku Terbuka (Ekstrovert). Anda tidak perlu melakoni kehidupan bagai sebuah Partai namun Anda jangan pula menjadi Gadis lugu yang hanya duduk menonton. Manajemen adalah Keterampilan Orang – bukan sebuah pekerjaan untuk seseorang yang tidak menikmati orang.
3. Anda harus Jujur dan Fokus ke Depan. Keberhasilan Anda sangat bergantung pada kepercayaan orang lain.
4. Anda adalah Bagian Sistem (Includer) bukan Diluar Sistem (Excluder). Anda akan membawa orang lain ke dalam apa yang Anda lakukan. Anda tidak mengecualikan orang lain hanya karena mereka tidak memiliki atribut tertentu.
5. Anda harus Hadir. Manajer harus memimpin. Para pemimpin yang efektif memiliki pengetahuan tentang kualitas tentang orang-orang mereka dan membuat orang mampu melihat wawasan lebih luas.
Dalam Pekerjaan (on The Job):
1. Anda harus Konsisten, tetapi Tidak Kaku; dapat Diandalkan, tetapi dapat berubah pikiran. Anda membuat keputusan, tetapi dengan mudah menerima masukan dari orang lain.
2. Anda yang sedikit “gila”.  Anda perlu berpikir out-of-the-box. Anda senang mencoba hal baru dan jika mereka gagal, Anda mengakui kesalahan, tetapi tidak meminta maaf karena telah mencoba dan berusaha.
3. Anda tidak takut untuk “Ber-Eksperimen”. Anda membuat Perencanaan dan Jadwal serta bekerja sesuai Arah.
4. Anda Lincah dan dapat mengubah rencana dengan cepat, tetapi Anda tidak Bertingkah.
5. Anda melihat informasi sebagai alat untuk digunakan, bukan sebagai kekuatan yang akan ditimbun.
Lihatlah diri Anda terhadap daftar ini. Cari tempat di mana Anda dapat meningkatkan kemampuan dan kemudian pergi untuk maju menjalani hari-hari sebagai Manajer.

 http://ikhtisar.com/bagaimana-menjadi-manajer-yang-lebih-baik/

Definisi Manajemen Operasional

Manajemen operasional adalah bentuk pengelolaan secara menyeluruh dan optimal pada masalah tenaga kerja, barang-barang seperti mesin, peralatan, bahan-bahan mentah, atau produk apa saja yang sekiranya bisa dijadikan sebuah produk barang dan jasa yang biasa dijualbelikan.

Sesuai dengan definisinya sendiri, manajeman yang berasal dari kata manage yang berarti mengatur penggunaan. Jika disandingkan dengan kata operasional, artinya dalah pengaturan pada masalah produksi atau operasional baik dalam bidang barang atau jasa.

Selanjutnya, secara definisi, manajemen operasional juga sebagai penanggung jawab dalam sebuah organisasi bisnis yang mengurusi persoalan produksi. Baik dalam bidang barang atau jasa. Dilihat dari definisi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, fungsi manajemen operasional, yakni dalam hal pengambilan keputusan mengenai kebutuhan-kebutuhan operasional. Kedua, manajamen operasional mesti juga memperhatikan mengenai sistemnya. Terutama sistem transformasi. Sistem ini termasuk juga dalam sistem pengurusan mengenai membuat rancangan serta analisis dalam operasi nanti. Yang ketiga atau terakhir mengenai hak pengambilan keputusan dalam sebuah manajemen operasional.

Sebagaimana dikehatui bahwa keputusan adalah hal yang terpenting bagi seseorang agar bisa bersikap tegas dan tepat, demi lancarnya manajemen operasional yang tengah dijalankan. Oleh karena itu, manjemen operasional sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan seorang pemimpin operasional.
Struktur Manajemen Operasional

Dalam persoalan manajemen operasional, ada struktur kepengurusan yang mesti dibentuk, tetapi bukan hanya dibentuk, melainkan mesti juga dilaksanakan sebagaimana fungsi dari masing-masing tugasnya. Pimpinan tertinggi dalam sistem manajemen operasional adalah manajer operasional. Mereka-mereka ini yang menjadi tiang atau pilar-pilar dalam berjalannya manajemen operasional. Tugas dari seorang manajer adalah melakukan dan memetakan fungsi-fungsi manajemen sesuai dengan tugasnya, misalnya membuat konsep dalam hal perencanaan, pembentukan staf, pengorganisasian, serta memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengendalikan manajemen operasional secara keseluruhan.

Sepenuhnya, manajer itu mesti berorientasi pada pengarahan baik dalam hal pengeluaran atau output dari jumlah, kualitas barang, harga yang terus dikontrol, serta waktu yang tepat dalam memanjakan konsumen, sesuai dengan permintaan para konsumen, maka rasanya pas, jika para manajer operasional memanjakan konsumen selayaknya adalah raja.

Dalam dunia manajemen operasional, para pemegang keputusan, manajer operasional juga memiliki tanggung jawab yang tidak sedikit. Di antaranya sebagai manajer mestilah mempunyai pikiran luas sehingga konsepnya mesti menghasilkan barang dan jasa. Mengenai pengambilan keputusan sebagai bentuk operasi dan sistem transformasi yang akan dilakukan. Namun sebelum mengambil sebuah keputusan itu, kita terlebih dulu tidak terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan, tapi terlebih dulu kita mengkajinya dalam langkah pengambilan keputusan lewat fungsi operasi.

Dari fungsi operasi juga ada bagian yang mesti dijabarkan dalam pengembangannya, seperti harus disiapkan adanya proses produksi dan operasi, ada juga jasa penunjang pelayanan produksi, yang melingkupi perencanaan serta pengendalaian dan kontrol yang ekstra. Begitulah fitrah yang harus ada pada pola manajemen operasional.

Jika kita melihat dari segi ruang lingkup manajemen operasional, akan mengarah pada kriteria yang memang wajib dilaksanakan. Ambil contoh, kita membuat perancangan desain sistem produksi dan operasi itu sendiri. Kita tentu harus melakukan seleksi dari perencanaan suatu desain produk tersebut, seleksi yang meliputi mengenai perancangan dalam peralatan, memilih lokasi dan site perusahaan serta unit produksi. Selain itu, kita juga mesti menyiapkan rancangan sebagai tata letak dan arus kerja nanti, juga membuat rancangan tugas pekerjaan. langkah terakhir, menyusun strategi dalam memproduksi serta pemilihan kapasitas yang baik.

Sementara itu, adanya penyusunan rencana produk dan operasi dalam manajemen operasional, pengendalian persediaan atau dalam hal penambahan bahan, upgrade mesin yang ada, pengendalian mutu baik ditingkat barang dan jasa juga meliputi manajemen sumber daya manusia. Itulah yang disebut sebagai pengorganisasian sistem produksi pada manajemen operasional.
Langkah-Langkah Manajemen Operasional

Manajemen operasional juga meliputi langkah-langkah dalam pengambilan keputusan sebagaimana telah disebut di awal. Jika melihatnya dari segi pengambilan keputusan, sedikitnya ada empat langkah dalam pengambilan keputusan dalam manajemen operasional, yaitu pengambilan keputusan dari peristiwa yang pasti, dari peristiwa yang mengandung risiko, dari peristiwa yang belum pasti, dan peristiwa yang lahir dari pertentangan-pertentangan dari keadaan lain. Selain itu, ada juga proses yang disebut lewat keputusan, yakni mengenai proses fisik sebuah produk maupun dari fasilitas yang dipakai. Juga dari sisi kapasitas yang melingkupi keputusan dalam menghasilkan jumlah, beserta pemilihan tempat dan waktu yang tepat.

Ada juga manajemen operasional yang dilihat dari segi persediaan, baik itu mengenai apa yang dipesan, kualitas bahan hingga kapan bahan tersebut akan dipesan. Tenaga kerja yang meliputi pemilihan tenaga kerja lewat seleksi, rekrutmen, pemberian gaji, pemberian kompensansi atau promosi, hingga PHK. Selain itu, mesti juga memastikan kualitas atau mutu yang meliputi mutu barang dan jasa dari yang dihasilkan, desain peralatan, serta pengawasan produk atau jasa. Dari beberapa kriteria yang dimaksud adalah langkah sebagai salah satu jenis pengambilan keputusan dalam manajemen operasional.
Strategi Manajeman Operasional

Sebelum kita melangkah dalam hal pengambilan keputusan-keputusan atau mengeluarkan suatu produk, ada baiknya kita memetakan strategi yang akan digunakan dalam teori manajemen operasional. Salah satu strategi dalam menetapkan arah dan tujuan untuk mengambil keputusan bisnis lewat perencanaan formal sehingga mampu menghasilkan pola pengambilan keputusan yang konsisten serta menjadi keunggulan saat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain.

Sedikitnya, ada dua tipe dalam pengambilan strategi. Pertama, dengan menggunakan biaya rendah yang ditekan dari biaya produksi, namun tetap menggunakan teknologi bagus, tapi biaya tenaga kerja diusahakan rendah, dan tingkat persediaannya juga rendah, tapi tetap menjaga mutu. Mutu yang harus tetap terjamin. Ini tentu bisa berjalan berbarengan jika bagian keuangan serta pemasaran mendukung dan tidak mati. Yang kedua adalah dengan menggunakan strategi invasi dalam menciptakan produk atau pengenalan produk baru. Pada bagian ini, tidak usah terlalu memikirkan harga pemasaran karena tidak ada masalah. Serta adanya fleksibilitas dalam pengenalan produk baru.

Dan yang berikutnya adalah perencanaan pabrik atau dalam bahasa asing disebut factoy planning. Ini adalah langkah yang penting dalam kelangsungan hidup serta kemajuan perusahaan sesuai tujuan perusahaan yang ingin dicapai dalam hal teori manajemen operasional. Di antara perencanaan pabrik itu adalah penentuan lokasi pabrik, bangunan, peralatan, hingga penerangan, dan sirkulasi udara dalam pabrik. Pemilihan lokasi pabrik sangat penting karena bisa mempengaruhi dalam daya saing dengan perusahaan lain. Selain itu, juga harus memperhatikan adanya kemungkinan terjadi ekspansi.
Agar perusahaan bisa berjalan lancar, efektif, dan efisien, kita bisa melihat banyak faktor yang bisa mempengaruhi lokasi pabrik yang masih terkait dengan menejemen operasional, di antaranya lingkungan masyarat, dekat dengan pasar, dan tenaga kerja, kedekatan dari pengiriman bahan pemasok, biaya transportasi, dan juga sumber daya alam di sekitar lokasi yang mempengaruhi. Ini peting dalam praktik manajemen operasional.

 http://aan20.blogspot.com/2012/08/definisi-manajemen-operasional.html

Jenis Keputusan

Terdapat beberapa jenis keputusan dalam proses pengambilan keputusan.Berdasarkan keputusan yang harus diambil oleh level manajemen di perusahaan jenis keputusan terdiri atas:

1. Keputusan Strategis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dalam sebuh perusahaan.

2. Keputusan taktis, adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen menengah

3. Keputusan operasional, adalah keputusan yang dibuat oleh tingkat manajemen yang paling bawah, misalnya operator mesin di lantai produksi.
Berdasarkan tersedianya pemecahan masalah, jenis keputusan yang biasanya muncul adalah:
• Keputusan Terprogram. Keputusan ini berkaitan dengan kebiasaan, aturan, dan prosedur. Dalam hal ini kondisi yang dihadapi semuanya dapat diketahui dengan pasti.
• Keputusan tidak terprogram. Keputusan tidak terprogram ini adalah keputusan yang tidak mempunyai suatu aturan yang baku, tergantung pada jenis masalahnya. Biasanya, masalah yang membutuhkan keputusan tidak terprogram ini terjadinya tidak dapat diprediksi.

• Keputusan tidak terstruktur.disebut tidak terstruktur karena tidak diketahui pemecahannya karena ketidakjelasan masalahnya.

 

 http://melisa07.blogspot.com/2011/05/jenis-keputusan.html

Minggu, 25 November 2012

Teori Budaya Organisasi

Pengertian Budaya Organisasi

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

Sumber-sumber Budaya Organisasi

Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.

Fungsi Budaya Organisasi


Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Ciri-ciri Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).

Tipologi Budaya

Menurut Sonnenfeld dari Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe budaya organisasi :

1. Akademi
Perusahaan suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pelatihan istimewa, dan kemudian mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang khusus. Perusahaan lebih menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah.
2. Kelab
Perusahaan lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan memberi nilai tinggi pada karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem organisasi. Perusahaan juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen yang tinggi serta mengutamakan kerja sama tim.

3. Tim Bisbol
Perusahaan berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator, perusahaan juga berorientasi pada hasil yang dicapai oleh karyawan, perusahaan juga lebih menyukai karyawan yang agresif. Perusahaan cenderung untuk mencari orang-orang berbakat dari segala usia dan pengalaman, perusahaan juga menawarkan insentif finansial yang sangat
besar dan kebebasan besar bagi mereka yang sangat berprestasi.

4. Benteng
Perusahaan condong untuk mempertahankan budaya yang sudah baik. Menurut Sonnenfield banyak perusahaan tidak dapat dengan rapi dikategorikan dalam salah satu dari empat kategori karena merek memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan berada dalam masa peralihan.


 http://setabasri01.blogspot.com/2010/12/perkembangan-pemikiran-organisasi.html

Pengertian Lingkungan Manajerial

Lingkungan manajerial adalah lingkungan internal dan eksternal yang mampu mempengaruhi kinerja manajer dalam organisasi. Lingkungan seorang manajer terdiri atas faktor-faktor yang selalu berubah secara tetap. Faktor tersebut dapat berlangsung di lingkup internal juga eksternal organisasi. Misalnya, jika perusahaan pesaing baru muncul di pasar, otomatis ia akan mempengaruhi lingkungan manajerial. Jika klien bisnis memindahkan lokasi usaha mereka, manajer akan merasakan dampaknya. Jika kemajuan teknologi terjadi, metode bisnis berubah, dan sekali lagi, lingkungan manajerial harus mengadaptasinya. Manajer tidak dapat mengontrol lingkungannya. Namun, manajer dapat mewaspadai setiap perubahan yang terjadi. Ini akibat setiap perubahan berefek langsung pada pembuatan keputusan dan tindakan mereka sehari-hari.
Menurut  Daft dan Marcic ada dua lingkungan yang berpengaruh pada manajerial.
  1. Lingkungan eksternal
  2. Lingkungan internal
Lingkungan internal terdiri atas: Karyawan, Budaya Organisasi, dan Manajemen. Lingkungan eksternal terdiri atas 2 kategori yaitu Lingkungan Tugas dan Lingkungan Umum. Lingkungan Tugas (Task Environment) terdiri atas Customer (pelanggan), Kompetitor, Supplier (penyedia bahan produksi), dan Pasar Tenaga Kerja. Lingkungan Umum (General Environment) terdiri atas Teknologi, Sosiokultural, Ekonomi, Legal/Politik, dan Internasional.


Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal adalah elemen di luar batas organisasi yang punya potensi mempengaruhi perilaku organisasi dan manajerialnya. Lingkungan ini terdiri atas 2 lapisan yaitu: (1) Lingkungan Umum atau General Environment dan (2) Lingkungan Tugas atau Task Environment.

1. Lingkungan Umum (General Environment)

Lingkungan Umum adalah lapis terluar lingkungan eksternal yang tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi dan manajemen. Termasuk ke dalamnya faktor sosiokultural, ekonomi, sosiokultural, teknologi.

Faktor-faktor tersebut tidak secara langsung berpengaruh atas operasi sehari-hari organisasi, tetapi mereka dapat mempengaruhi seluruh organisasi yang ada di suatu wilayah (negara). Misalnya, makin tinggi tingkat pendidikan orang tua, membuat mereka punya uang lebih untuk anak-anaknya, dan salah satunya permintaan mainan anak meningkat. Situasi ini dieksploitasi perusahaan mainan.

Internasional. Dimensi internasional merepresentasikan peristiwa-peristiwa yang berasal dari negara lain dan mempengaruhi organisasi di suatu negara. Di era globalisasi, dimensi internasional dapat memunculkan kompetitor baru, pelanggan baru, supplier baru, serta membentuk trend sosial, teknologi, dan ekonomi.


 Teknologi. Dimensi teknologi termasuk ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi di suatu bidang industri atau masyarakat secara umum. Dimensi ini banyak mempengaruhi perubahan-perubahan besar atas organisasi aneka industri. Dua puluh tahun lalu, suatu organisasi paling banter punya 1 PC desktop. Sekarang, mereka sudah dilengkapi jaringan komputer, akses internet, video conferencing, telepon seluler, website, dan laptop. Bahkan, teknologi tersebut kini sudah jadi standar harian.

 Sosiokultural. Ia adalah karakteristik demografi (kependudukan) seperti norma, kebiasaan, dan nilai umum yang berlaku di suatu populasi. Karakteristik terpenting adalah kepadatan populasi, usia, dan tingkat pendidikan. Karakterik demografi saat ini menentukan tenaga kerja dan konsumen di masa mendatang. 

 Ekonomi. Dimensi ekonomi mencerminkan kesehatan ekonomi suatu negara atau wilayah secara umum. Daya beli masyarakat, tingkat pengangguran, dan tingkat suku bunga, adalah bagian dari dimensi ekonomi ini. Oleh karena organisasi masa kini cenderung beroperasi di lingkup global, maka dimensi ekonomi semakin membuat rumit dan banyak menimbulkan ketidakpastian di kalangan manajer. Misalnya, resesi ekonomi tahun 2000-an dan turunnya daya beli di Amerika Serikat berakibat pada sektor ekonomi dan mempengaruhi organisasi-organisasi di seluruh dunia. Sebaliknya, resesi ekonomi di Asia dan Eropa berefek pada bursa saham di Amerika Serikat.

 Legal-Politik. Dimensi ini termasuk peraturan pemerintah di tingkat lokal, provinsi dan pusat. Kegiatan politik kerap pula didesain untuk mempengaruhi perilaku perusahaan. Indonesia sudah menerapkan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang secara eksplisit telah mengatur hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja. Apapun perusahaan yang beroperasi di Indonesia terkena ketentuan dalam UU tersebut. 


2. Lingkungan Tugas (Task Environment)

Lingkungan tugas terdiri atas sektor-sektor yang punya hubungan langsung atas organisasi. Ini termasuk customer, kompetitor, supplier, dan pasar tenaga kerja.

Customer. Manusia dan organisasi penikmat hasil produksi organisasi dinamakan customer. Sebagai penikmat (dan pembayar) output organisasi, customer adalah penting sebab mereka menentukan keberhasilan organisasi membiayai kehidupan anggotanya. Pasien adalah customer rumah sakit, siswa adalah customer sekolah, dan traveller adalah customer perusahaan penerbangan.


 Kompetitor. Organisasi lain dalam industri barang atau jasa yang sama disebut kompetitor. Setiap industri dikarakteristikkan oleh isu-isu persaingan tertentu. Industri rekaman berbeda dengan industri baja atau farmasi. Perang kompetisi kini banyak terjadi di seluruh dunia. Dalam dunia teknologi informasi, Amazon memiliki rival eBay dalam bisnis eCommerce, Intel versus AMD dalam teknologi mikroprosesor, atau Sony versus Microsoft dalam bisnis piranti games (xbox vs. PlayStation). Di Indonesia, MetroTV dan TVOne “berperang” dalam bisnis televisi pemberitaan.

Supplier. Bahan mentah yang digunakan suatu organisasi guna memproduksi output disediakan oleh supplier. Pabrik baja butuh bijih besi dan uang. Perguruan tinggi swasta kecil mungkin butuh puluhan rim kertas, spidol, komputer, dan textbook. Amerika Serikat butuh pasokan minyak mentah tertinggi di dunia yaitu 18,7 juta barrel per hari. Untuk itu, mereka menutupinya dengan mengimpor 9 – 12 juta barrel per hari dari negara lain. Pasokan tersebut datang dari (berturut-turut) : Kanada sebesar 1,938 juta barrel/hari, Meksiko sebesar 1,096 juta barrel/hari, Arab Saudi sebesar 989 ribu barrel/hari, Venezuela sebesar 965 ribu barrel/hari, Nigeria 771 ribu barrel/hari, Angola sebesar 449 ribu barrel/hari, dan Iraq sebesar 448 ribu barrel/hari.[3]

Pasar Tenaga Kerja. Dimensi ini adalah termasuk mereka-mereka yang potensial untuk direkrut menjadi tenaga kerja. Setiap organisasi butuh personil terlatih dan berkualitas. Serikat kerja dan asosiasi profesi, merupakan dua organisasi tenaga kerja yang mampu mempengaruhi pasar kerja setiap organisasi.

Kini pasar tenaga kerja mampu mempengaruhi organisasi akibat dua hal : (1) meningkatnya permintaan tenaga kerja yang menguasai komputer; (2) pandangan penting bahwa investasi terus-menerus dalam sumber daya manusia lewat rekrutmen, pendidikan, dan pelatihan untuk memenuhi tuntutan persaingan di lingkup global; dan (3) dampak munculnya blok-blok dagang internasional, otomatisasi, outsourcing, dan perpindahan lokasi pabrik atau produksi, yang membuat kelangkaan tenaga kerja di satu negara dan kelebihan di tempat lain. 

 Lingkungan Internal

Lingkungan internal berasal dari dalam organisasi dan dimensinya langsung mempengaruhi kerja seorang manajer. Termasuk ke dalam dimensi ini budaya organisasi, teknologi produksi, struktur organisasi, dan fasilitas fisik.

Budaya Organisasi. Budaya organisasi adalah seperangkat nilai, keyakinan, pemahaman, dan norma yang diterapkan oleh anggota organisasi. Budaya organisasi adalah pola nilai dan asumsi bersama tentang bagaimana segala sesuai dijalankan di dalam organisasi.

Budaya organisasi menempati posisi vital dalam keuntungan kompetitif organisasi. Budaya organisasi harus cocok dengan kebutuhan lingkungan eksternal dan strategi perusahaan. Dengan kecocokan ini pekerja dapat membangun komitmen tinggi dan menghasilkan pekerjaan organisasi dalam kinerja tinggi dan sukar dikalahkan organisasi lain. Setiap anggota baru yang masuk ke dalam organisasi dapat mempelajari budaya organisasi sebagai cara paling tepat dalam menafsir, berpikir, dan merasa organisasi tersebut.


Lingkungan Internal

Lingkungan internal berasal dari dalam organisasi dan dimensinya langsung mempengaruhi kerja seorang manajer. Termasuk ke dalam dimensi ini budaya organisasi, teknologi produksi, struktur organisasi, dan fasilitas fisik.

Budaya Organisasi. Budaya organisasi adalah seperangkat nilai, keyakinan, pemahaman, dan norma yang diterapkan oleh anggota organisasi. Budaya organisasi adalah pola nilai dan asumsi bersama tentang bagaimana segala sesuai dijalankan di dalam organisasi.

Budaya organisasi menempati posisi vital dalam keuntungan kompetitif organisasi. Budaya organisasi harus cocok dengan kebutuhan lingkungan eksternal dan strategi perusahaan. Dengan kecocokan ini pekerja dapat membangun komitmen tinggi dan menghasilkan pekerjaan organisasi dalam kinerja tinggi dan sukar dikalahkan organisasi lain. Setiap anggota baru yang masuk ke dalam organisasi dapat mempelajari budaya organisasi sebagai cara paling tepat dalam menafsir, berpikir, dan merasa organisasi tersebut.


Budaya organisasi dapat dikaji melalui 3 tingkatan:
  1. Tingkatan teratas: Artifak, mudah dilihat, didengar, dan diamati. Ia termasuk cara berpakaian, pola perilaku, simbol fisik, upacara organisasi, dan layout tempat kerja. 
  2. Tingkat yang lebih dalam: Terdapat nilai dan keyakinan, yang tidak mudah diamati tetapi dapat dideteksi lewat bagaimana anggota organisasi menjelaskan dan membenarkan apa yang mereka lakukan. Anggota organisasi memegang nilai dan keyakinan ini dalam alam sadar mereka. Nilai dan keyakinan bisa dideteksi lewat cerita organisasi, bahasa, dan simbol-simbol organisasi yang digunakan anggota organisasi.
  3. Tingkat terdalam: Terdapat asumsi, sesuatu yang tidak lagi berada di alam sadar anggota organisasi tetapi terjelma di dalam perilau. Asumsi ini sulit dideteksi karena ia merupakan esensi dari budaya organisasi yang secara tidak disadari mengarahkan perilaku dan pembuatan keputusan di dalam organisasi.

Fungsi Manajemen


Berikut adalah lima fungsi manajemen yg paling penting menurut Handoko (2000:21) yg berasal dari klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial menurut Henri Fayol yaitu:

Planning

Planning atau perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar yg dibutuhkan utk mencapai tujuan.


Organizing

Organizing atau pengorganisasian ini meliputi:
  1. Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yg dibutuhkan utk mencapai tujuan organisasi.
  2. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yg akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
  3. Penugasan tanggung jawab tertentu
  4. Pendelegasian wewenang yg diperlukan kepada individu-individu utk melaksanakan tugasnya.

Staffing

Staffing atau penyusunan personalia adl penarikan (recruitment) latihan dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yg menguntungkan dan produktif.

Leading

Leading atau fungsi pengarahan adl bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yg diinginkan dan harus mereka lakukan.

Controlling

Controlling atau pengawasan adl penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dgn yg telah ditetapkan.
Daft (2003:6) membagi manajemen menjadi empat fungsi saja berikut penjelasannya:
  1. Planning merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn pendefinisian sasaran utk kinerja organisasi di masa depan dan utk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumber daya yg digunakan yg dibutuhkan utk mencapai sasaran tersebut.
  2. Organizing merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn penugasan mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan mengalokasikan sumber daya ke departemen.
  3. Leading fungsi manajemen yg berkenaan dgn bagaimana menggunakan pengaruh utk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi.
  4. Controlling fungsi manajemen yg berkenaan dgn pengawasan terhadap aktivitas karyawan menjaga organisasi agar tetap berada pada jalur yg sesuai dgn sasaran dan melakukan koreksi apabila diperlukan.


Kondisi yang Mempengaruhi Pembuatan Keputusan

Keputusan tidak dibuat di ruang hampa. Terdapat sejumlah kondisi yang mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil seorang manajer. Berdasarkan sifatnya, keputusan dapat dikategorikan sebagai keputusan (1) Terprogram dan (2) Tidak Terprogram. Berdasarkan kemungkinan kegagalannya, keputusan dibuat dalam kondisi: (1) Kepastian, (2) Risiko, (3) Ketidakpastian, dan (4) Ambiguitas. Bagan lengkapnya sebagai berikut:[2]

Gambar 3 Sifat Keputusan versi Daft and Marcic

Semakin mendekati situasi pasti, gagalnya suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah semakin rendah. Semakin mendekati situasi ambiguitas, gagalnya suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah semakin tinggi. Semakin mendekati situasi kepastian, keputusan terprogram bisa dilaksanakan. Semakin mendekati situasi ambiguitas, keputusan tidak terprogram kerap harus dibuat.

Keputusan Terprogram. Keputusan ini melibatkan situasi yang kerap terjadi sehingga memungkinkan suatu keputusan dikembangkan dan diterapkan di masa mendatang. Keputusan ini merupakan respon atas masalah yang berulangkali muncul. Termasuk ke dalamnya, misalnya, keputusan untuk memperbaharui stok kertas dan alat tulis mingguan atau bulanan. Keputusan Terprogram memungkinkan manajer mendelegasikannya kepada bawahan sehingga ia bisa fokus pada masalah lain.

Keputusan Tidak Terprogram: Keputusan ini dibuat sebagai respon atas situasi unik, kurang didefinisikan, tidak terstruktur, dan punya konsekuensi besar atas organisasi. Keputusan untuk membuat pabrik baru, membuat produk baru, memasuki wilayah pasar baru, atau memindahkan kantor ke lain lokasi merupakan misal dari Keputusan Tak Terprogram.

Daft and Marcic memberi contoh untuk keputusan ini yaitu keputusan Exxon Mobil mendirikan konsorsium guna menyedot minyak di Siberia (Rusia Utara). Selaku salah satu investor terbesar di Rusia, konsorsium tersebut menghabiskan 4,5 juta dollar sebelum “menyedot” barrel pertama dan diperkirakan menyita modal 12 juta dollar. Ia mampu memproduksi 250.000 barrel per hari, sekitar 10% total produksi Exxon di seluruh dunia. Namun, jika perkiraan meleset, raksasa minyak tersebut yang telah menginvestasikan 4 juta dollar akan terkapar.

Kepastian: Artinya seluruh informasi yang dibutuhkan pembuat keputusan tersedia. Manajer punya informasi seputar kondisi operasional, biaya sumberdaya atau hambatan, sehingga keputusan bisa diambil dan dilaksanakan lewat serangkaian tindakan yang terukur.

Risiko: Artinya keputusan punya tujuan jelas dan dan informasi tersedia, tetapi hasil di masa datang dari setiap alternatif dalam kemungkinan berubah. Kendati demikian, informasi yang mencukupi tersedia untuk memungkinkan hasil yang diharapkan bagi setiap alternatif. Misalnya, untuk memutuskan lokasi baru McDonald dapat menganalisasi aspek demografi, pola lalu lintas, persediaan barang, dan kompetisi yang potensialbagi setiap alternatif lokasi yang mereka miliki.

Ketidakpastian: Artinya manajer tahu tujuan apa yang mereka ingin capai, tetapi informasi alternatif dan peristiwa di masa datang tidak lengkap. Manajer tidak punya informasi yang cukup seputar alternatif atau menaksir risiko. Faktor-faktor yang berdampak pada keputusan misalnya harga, biaya produksi, volume, atau tingkat suku bunga di masa datang sulit dianalisa dan diprediksi. Manajer mungkin harus membuat asumsi guna memaksakan sebuah keputusan, tetapi jika asumsi salah, keputusan juga bisa salah.

Ambiguitas: Artinya tujuan yang hendak dicapai atau masalah yang hendak diselesaikan tidak jelas, alternatif sulit ditentukan, dan informasi seputar hasil tidak tersedia. Ambiguitas tampak seperti apa yang dirasakan siswa tatkala guru membentuk kelompok tetapi tidak memberi topik bahasan, arahan, atau tugas-tugas sehingga siswa meraba-raba apa yang diinginkan si guru.
Model-model Pembuatan Keputusan

Biasanya, pendekatan yang digunakan seorang manajer tatkala mengambil keputusan jatuh ke dalam tiga kategori : (1) Model Klasik, (2) Model Administratif, dan (3) Model Politik. Pilihan atas setiap model bergantung pada pilihan personal tiap manajer, apakah keputusan Terprogram atau Tidak Terprogram, dan karakter situasi seperti risiko, ketidakpastian, atau ambiguitas.

Model Klasik: Model ini didasarkan atas asumsi bahwa manajer seharusnya membuat keputusan-keputusan yang masuk akal yang sekaligus merupakan kepentingan ekonomi terbaik bagi organisasi. Model ini berdasarkan atas 4 asumsi (anggapan dasar) yaitu:
  1. Pembuat keputusan bertindak untuk memenuhi tujuan yang diketahui dan disetujui. Masalah diformulasikan dan didefinisikan secara tepat.
  2. Pembuat keputusan menghadapi situasi kepastian, beroleh informasi lengkap. Seluruh alternatif dan pemetaan hasil dapat dikalkulasi.
  3. Kriteria pengevaluasian alternati diketahui. Pembuat keputusan memilih alternatif yang akan memaksimalkan hasil ekonomi bagi organisasi.
  4. Pembuat keputusan bercorak rasional dan menggunakan logika dalam menghadapi nilai-nilai, meminta pilihan, mengevaluasi alternatif, dan membuat keputusan yang akan memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi.

Model Klasik juga disebut model normatif karena menjelaskan bagaimana pembuat keputusan seharusnya membuat keputusan. Ia bukan menjelaskan bagaimana manajer sesungguhnya membuat keputusan. Guna dari model klasik ini adalah kemampuannya membantu manajer untuk membuat manajer bersikap rasional atau lebih rasional lagi, karena banyak manajer cenderung membuat keputusan berdasarkan intuisi dan pilihan pribadi.

Model Administratif: Model ini menjelaskan bagaimana manajer sesungguhnya membuat keputusan dalam situasi yang dicirikan oleh keputusan Tidak Terprogram, ketidakpastian, dan ambiguitas. Model ini muncul karena banyak keputusan manajerial bukanlah bercorak Terprogram dan manajer tidak mampu membuat keputusan yang rasional secara ekonomi kendatipun mereka menginginkannya.

Model Administratif dalam pembuatan keputusan didasarkan atas karya Herbert Alexander Simon. Simon mengajukan dua konsep yang dapat digunakan dalam membentuk model administratif: (1) Rasionalitas Terbatas dan (2) Pemuasan.

Rasionalitas Terbatas adalah konsep bahwa orang hanya punya waktu dan kemampuan kognitif (mengetahui) yang terbatas dalam memproses informasi yang mendasari suatu keputusan. Keterbatasan seorang manajer untuk memproses informasi organisasi yang rumit dan terbatasnya waktu yang mereka miliki adalah dasar dari Rasionalitas Terbatas.

Sementara yang dimaksud dengan Pemuasan adalah pembuat keputusan memilih alternatif solusi pertama yang memuaskan kriteria keputusan yang minimal. Ketimbang mempelajari seluruh alternatif untuk menjawab satu permasalahan, manajer akan memilih solusi pertama yang muncul guna menjawab permasalahan, kendati pada alternatif lainnya solusi yang lebih baik mungkin akan ditemui. Manajer tidak dapat mengendalikan waktu dan biaya untuk menganalisis seluruh alternatif jawaban. Asumsi Model Administratif adalah:
  1. Tujuan keputusan kerap konfliktual dan kurang konsensus di antara para manajer. Manajer kerap kurang tanggap atas masalah dan peluang yang ada dalam organisasi.
  2. Prosedur rasional tidak selalu digunakan, yang kendatipun ada, mereka dianggap pandangan yang simplistik atas masalah yang tidak mampu menangkap kerumitan organisasi yang sesungguhnya.
  3. Pencarian manajer atas alternatif terbatas akibat hambatan manusia, informasi, dan sumber daya.
  4. Sebagian besar manajer cenderung pada solusi pemuasan ketimbang maksimal, sebagian akibat mereka hanya punya informasi terbatas dan sebagian karena mereka hanya mengenali kriteria yang mereka pahami saja.

Model Administratif juga menggunakan intuisi. Intuisi adalah pengenalan instant atas situasi keputusan berdasar pengalaman manajer sebelumnya tetapi tanpat pemikiran yang sadar. Pembuatan keputusan secara intuitif bukanlah irasional karena ia didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun dan penanganan langsung atas masalah oleh seorang manajer.

Model Politik: Model ini berguna untuk membuat keputusan Tidak Terprogram dengan kondisi ketidakmenentuan, terbatasnya informasi, dan manajer saling berbantahan seputar tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang harus dibuat. Dalam organisasi, kerap masing-masing manajer mengejar tujuan yang berbeda dan mereka harus bicara satu sama lain untuk sharing informasi dan meraih kesepakatan.

Untuk membangun kesepakatan dan mengejar tujuan, para manajer membangun koalisi. Koalisi adalah aliansi informal di antara para manajer yang mendukung tujuan spesifik yang sama. Model Politik paling mendekati situasi pembuatan keputusan yang sesungguhnya. Asumsi yang mendasari model ini adalah:
  1. Organisasi terdiri atas sejumlah kelompok yang beda kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai. Para manajer menunjukkan kondisi saling tidak setuju, punya prioritas sendiri-sendiri, dan mungkin tidak saling memahami berbagai tujuan dari pengambilan keputusan tersebut.
  2. Informasi bersifat ambigu dan tidak lengkap. Upaya untuk rasional dibatasi oleh kerumitan dari sejumlah masalah seperti halnya dengan hambatan-hambatan personal dan keorganisasian.
  3. Manajer tidak punya waktu, sumber daya atau kapasitas mental untuk mengidentifikasi seluruh dimensi masalah dan memproses infomasi-informasi yang relevan. Manajer saling bicara satu sama lain dan bertukar sudut pandang guna memperoleh informasi dan mengurangi ambiguitas.
  4. Manajer terlibat dalam tarik ulur perdebatan untuk memutuskan tujuan pengambilan keputusan seraya mendiskusikan alternatif keputusan. Keputusan yang dihasilkan adalah hasil tawar menawar dan diskusi di antara anggota koalisi.
 
 
 http://setabasri01.blogspot.com/2010/12/pengambilan-keputusan.html

Pembuatan Keputusan Manajerial

Seorang manajer harus, secara terus-menerus, membuat keputusan. Keputusan dibuat dalam untuk menyelesaikan masalah. Pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah adalah proses berkelanjutan dalam hal evaluasi atas kondisi organisasi atau masalah yang muncul, mempertimbangkan alternatif, membuat pilihan, dan tindakan-tindakan yang diperlukan sebagai bagian dari keputusan. Dalam satu kondisi, pembuatan keputusan dapat singkat. Dalam situasi lain, proses dapat memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan bahkan tidak pernah diambil keputusan sama sekali. Seluruh proses pembuatan keputusan bergantung pada ketepatan informasi yang tersedia bagi orang yang tepat dan saat yang tepat. 

Ada beberapa langkah-langkah atau alur dalam pembuatan keputusan, sebagai berikut:
Menentukan Masalah: Proses pembuatan keputusan diawali dengan identifikasi masalah oleh manajer. Masalah tersebut harus yang sesungguhnya, bukan rekaan. Jika masalah tidak ditentukan secara akurat, setiap langkah pengambilan keputusan akan salah pijakannya dan keputusan pun tidak akan menyelesaikan masalah yang sesungguhnya. Salah satu cara mengenali masalah yang sesungguhnya adalah dengan memisahkan masalah dari kembangan-kembangannya (simptom).

Ellen A. Benowitz mengklasikan antara masalah dan simptom-nya sebagai berikut :

---------------Tabel 3 Simptom dan Masalah versi Benowitz-------------------

Menentukan Batasan Masalah: Setiap manajer ingin membuat keputusan terbaik. Untuk itu, mereka harus punya sumber daya yang ideal seperti informasi, waktu, personil, perlengkapan, dan supply serta kemampuan menentukan batasan masalah.
Artinya, manajer beroperasi di suatu lingkungan yang normalnya tidak menyediakan sumber daya ideal. Misalnya, mereka kekurangan anggaran atau tidak punya informasi dan budget yang cukup. Sebab itu, mereka harus menentukan batasan masalah disela-sela kekurangan tersebut.

Mengembangkan Alternatif Jawaban: Tekanan waktu kerap menyebabkan manajer hanya membuat keputusan berdasar satu pertimbangan jawaban. Namun, penyelesaikan masalah yang baik harus melalui pengujian, dan pemberian keputusan secara cepat bukanlah solusi permanen. Sebab itu, manajer harus berpikir melalui dan menyelidiki beberapa solusi alternatif bagi satu masalah sebelum cepat membuat keputusan.

Salah satu metode terkenal dalam membangun alternatif adalah “brainstorming.”Pada metode ini, sekelompok manajer bekerja secara bersama untuk menghasilkan gagasan dan solusi alternatif. Asumsi di balik brainstorming adalah, dinamika kelompok akan merangsang pemikiran. Pemikiran manajer A bertemu dengan manajer B, dan seterusnya. Gagasan tersebut menular pada satu sama lain dan solusi pun mengalir. Biasanya metode brainstorming memakan waktu 30 menit hingga 1 jam. Dalam brainstorming, terdapat aturan sebagai berikut:
  1. Konsentrasi pada Masalah. Aturan ini membatasi diskusi dan menghindari kecenderungan meluaskan persoalan atau membahas masalah lain.
  2. Sikapi seluruh Gagasan. Idealnya, makin banyak ide yang muncul makin baik. Dengan kata lain, tidak ada ide yang buruk. Upaya membebaskan kelompok tersebut untuk menawarkan jawaban adalah penting. Partisipan harus melontarkan gagasan, betapapun konyolnya itu.
  3. Penekanan pada Gagasan yang Cocok. Seluruh penilaian jangan dulu dilakukan sebelum seluruh pemikiran dilontarkan, dan kelompok manajer tersebut harus menentukan gagasan terbaik.

Selain metode brainstorming, ada juga metode NominalGroup ataupun Delphi. NominalGroup melibatkan penggunaan pertemuan yang terstruktur, lengkap dengan agenda, dan membatasi diskusi atau komunikasi pribadi selama proses pembuatan keputusan. Teknik Delphi adalah teknik dimana partisipan tidak bertemu muka, tetapi pemimpin kelompok menggunakan kuesioner untuk membuat keputusan.

Menganalisa setiap alternatif: Tujuan langkah ini adalah menguji daya jawab masing-masing alternatif jawaban. Manajer harus mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternatif sebelum membuat keputusan akhir. Evaluasi atas alternatif dapat dilakukan dengan sejumlah cara, misalnya:
  1. Menentukan pro dan kontra setiap alternatif
  2. Melakukan analisis untung-rugi atas tiap alternatif
  3. Mempertimbangkan feasibility (dapatkan dilakukan?), efektivitas (bisakah menyelesaikan masalah?), dan konsekuensi (apa dampaknya secara finansial dan non finansial bagi organisasi).

Memilih Alternatif: Setelah manajer memilih seluruh alternatif, ia wajib memutuskan satu yang terbaik. Alternatif terbaik adalah yang menghasilkan banyak keuntungan dan sedikit ruginya. Kadang, proses pemilihan dapat berlangsung cepat seperti yang banyak pro-nya ketimbang kontra-nya. Kadang pula, solusi optimal merupakan kombinasi antar alternatif.

Melaksanakan Keputusan: Manajer dibayar untuk membuat keputusan. Namun, sesungguhnya juga mereka dibayar untuk memperoleh hasil dari keputusan tersebut. Hasil positif harus mengikuti suatu keputusan. Setiap orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan harus tahu peran mereka masing-masing atas keputusan tersebut. Guna memastikan pekerja paham perannya, manajer harus menggunakan program, prosedur, aturan, atau kebijakan guna membantu mereka dalam proses pembuatan keputusan.

Memastikan sistem kontrol dan evaluasi atas keputusan: Tindak penerapan keputusan harus dimonitor. Sistem evaluasi harus menghasilkan umpan balik seputar berapa baik keputusan diterapkan. Apa saja hasilnya, dan penyesuaian apa yang dibutuhkan untuk beroleh hasil yang dimaksud tatkala keputusan dibuat.

Dalam rangka mengevaluasi keputusannya, manajer perlu mengumpulkan informasi guna menentukan efektivitasnya. Apakah masalah sesungguhnya terselesaikan? Jika tidak, apakah keputusan itu mendekati penyelesaian masalah yang sesungguhnya atau sekadar baru menghampiri masalah?

Jika keputusan yang dibuat seorang manajer tidak menyelesaikan masalah, ia perlu menggambarkan apa yang salah. Manajer bisa melakukannya secara berikut:
  1. Salahkah alternatif jawabannya? Jika “ya” mungkin alternatif lain lebih cocok.
  2. Apakah alternatif jawaban yang benar tidak dilaksanakan secara sempurna? Jika “ya” manajer harus fokus pada langkah penerapan ketimbang membuat keputusan baru.
  3. Apa masalah intinya tidak dikenali secara tepat? Jika “ya” proses pembuatan keputusan kembali harus dilakukan dari awal.
  4. Apa waktunya mencukupi untuk menerapkan keputusan yang dibuat? Jika “tidak” manajer harus memberi tambahan waktu dan mengevaluasi ulang di masa datang.